Nelwan Arthur Dendeng Katuuk
Sebelum abad ke XIII , alat musik perkusi dengan bilah bambu bernada trinodis yang disebut Tetentengan dan alat musik bilah kayu bernada pentatonis yang disebut Tentengkoren (Pamengkelan) telah dipakai sebagai alat musik upacara pertanian , pembukaan hutan dan pendirian rumah panggung.
Pada tahun 1850-an ,Zending Protestan melarang permainan musik kolintang karena dianggap sebagai pemujaan berhala.
Sejak saat itu kolintang gong tidak dimainkan lagi pada berbagai pesta,upacara adat sehingga kolintang gong berangsur-angsur menghilang , sedangkan alat musik perkusi kayu (Tentengkoren) tetap bertahan tetapi terbatas dimainkan sebagai musik hiburan pelepas lelah bagi pekerja dan petani di kebun (kobong).
Sebelum abad ke XIII , alat musik perkusi dengan bilah bambu bernada trinodis yang disebut Tetentengan dan alat musik bilah kayu bernada pentatonis yang disebut Tentengkoren (Pamengkelan) telah dipakai sebagai alat musik upacara pertanian , pembukaan hutan dan pendirian rumah panggung.
Pada tahun 1850-an ,Zending Protestan melarang permainan musik kolintang karena dianggap sebagai pemujaan berhala.
Sejak saat itu kolintang gong tidak dimainkan lagi pada berbagai pesta,upacara adat sehingga kolintang gong berangsur-angsur menghilang , sedangkan alat musik perkusi kayu (Tentengkoren) tetap bertahan tetapi terbatas dimainkan sebagai musik hiburan pelepas lelah bagi pekerja dan petani di kebun (kobong).
Alat perkusi kayu bernada diatonik pertama kali dibuat pada tahun 1939 di Tonsea , oleh Nelwan Katuuk seorang seniman buta yang dibantu William Punuh.Bilah kayu tersebut hanya diletakkan di atas kotak resonator tanpa ikatan , sehingga ketika dimainkan bilah-bilah kayu tersebut sering bergerak.Kotak resonator dipakai sebagai media menyimpan bilah bilah kayu.
Nelwan Katuuk menamakan alat musik perkusi kayu ini sebagai kolintang,nama yang secara tradisional diperuntukkan khusus bagi alat perkusi logam (gong).Sejak saat itu istilah kolintang lebih populer sebagai nama alat musik perkusi kayu dari pada tentengkoren.
Sedangkan istilah kolintang untuk kolintang logam (gong) mulai pudar bersamaan dengan menghilangnya kolintang gong dari bumi Minahasa.(diambil dari buku Ansambel musik kolintang kayu Minahasa goes to Unesco).
Sebagai catatan tambahan , semasa Petrus Kaseke kecil,setiap ada pengumuman untuk mengumpulkan masyarakat ke alun-alun ,dipukul bertalu-talu gong logam dan gong tersebut memang disebut kolintang.
-MS-
Nelwan Katuuk menamakan alat musik perkusi kayu ini sebagai kolintang,nama yang secara tradisional diperuntukkan khusus bagi alat perkusi logam (gong).Sejak saat itu istilah kolintang lebih populer sebagai nama alat musik perkusi kayu dari pada tentengkoren.
Sedangkan istilah kolintang untuk kolintang logam (gong) mulai pudar bersamaan dengan menghilangnya kolintang gong dari bumi Minahasa.(diambil dari buku Ansambel musik kolintang kayu Minahasa goes to Unesco).
Sebagai catatan tambahan , semasa Petrus Kaseke kecil,setiap ada pengumuman untuk mengumpulkan masyarakat ke alun-alun ,dipukul bertalu-talu gong logam dan gong tersebut memang disebut kolintang.
-MS-