Feb 7, 2018

Karakter nada musik kolintang asli Minahasa

Karakter nada musik kolintang asli Minahasa dalam INO.

INO(Indonesian National Orchestra) adalah group musik yang anggotanya beragam pemusik pemusik dari seluruh Indonesia,dimana keunikannya adalah mencoba menyatukan budaya-budaya musik dari seluruh daerah di Indonesia "tanpa menghilangkan" identitas asli daerah tersebut,menjadi kesatuan orkes yang harmonis.

Susah menyatukan permainan musik ,dimana instrument instrument masing-masing daerah tersebut dibuat seperti apa adanya tanpa merubah warna suaranya,frekwensi nadanya,maupun tangga nadanya,kecuali beberapa alat musik yang memang biasanya diselaraskan.

Karena karakter musik masing-masing daerah juga dicoba dipertahankan, membuat semakin sulit lagi menyatukannya ,sehingga tidak dapat dibuat partitur secara detail,hanya dibuat giliran-giliran main ,supaya ada kesempatan menonjolkan alat musik masing-masing daerah,karena kalau semua berbunyi akan tenggelam suaranya.

Sebagai pemersatu yang paling logis tentunya adalah irama(ritme),meskipun menjadi rumit karena kadang-kadang harus menggunakan poliritmik(bermacam-macam irama yang disatukan).
Supaya dapat bersifat universal maka harus menggunakan komunikasi non-verbal,tanpa kata-kata(kalaupun ada lirik lagu,fungsinya hanya didengar bunyi-bunyiannya yang tidak memberikan arti bahasa verbal).

Saya yang terbiasa main musik dengan aturan-aturan permainan musik barat (pakai partitur,ada melody,chord dll) menjadi kagok dengan aturan baru :"mainkan saja musikmu ,tidak ada yang salah atau benar,yang ada adalah enak atau tidak enak,cocok atau tidak cocok".
Meskipun dibilang oleh pimpinan :"bebas...,mainkan saja improvisasimu ,jangan takut salah" ,tapi kalau dia rasa mainnya tidak pas,tetap saja di omelin :(
"Nah loh ...bagaimana caranya berimprovisasi bebas tapi selaras?",ada yang bilang lebih gampang ikut jams session pada group musik jazz karena batasan-batasannya lebih jelas dibandingkan berkolaborasi dalam group INO.

Waktu anak saya bergabung pertama kali dengan INO,di sela sela jam istirahat dia berkata: "Papa ,aku bisa tahu daerah asal orang-orang yang meniup suling tanpa melihat pemainnya cukup dari mendengar tiupannya."
Dia mengidentifikasikan pemain suling asal Tapanuli dari hembusannya yang menggebah-gebah seperti cara bicaranya,pemain suling Sunda dari cengkok-cengkoknya ,dan pemain musik asal Bali yang meniup khas dengan napas yang tidak terputus.

Sekarang giliran kolintang,bagaimana cara mengidentifikasi kolintang dari bunyinya?
Kolintang jaman sekarang yang mempunyai bilah-bilah chromatic 12 nada dan lebih bebas untuk memainkan segala macam lagu ,namun justru membuat saya kesulitan membentuk karakter nada musik kolintang di INO,karena nada kolintang tidak spesifik seperti nada gamelan yang memiliki frekwensi nada unik.
Saat saya membunyikan phrase lagu-lagu daerah Minahasa yang populer mewakili kolintang(seperti Sayang-sayang , Oinanikeke)ternyata belum diterima oleh teman-teman INO,kata mereka itu belum spesifik kolintang ,itu dimiliki secara nasional di seluruh Indonesia.
Mereka meminta:"yang kolintang,...yang kolintang asli,yang Minahasa asli....." ...hmmmm? plonga-plongo(bengong) dulu sejenak..
Dari pada bengong,seorang teman dari Sumatera Barat,mencontohkan dengan nada nada serunainya,agar kolintang mengikutinya,tetapi lagu Melayu yg dimainkan kolintang mengikuti serunai tidak cocok menunjukkan karakter kolintang.

Oleh teman yang lain diusulkan menggunakan tangga nada pentatonis saja,karena kebanyakan musik-musik daerah bertangga nada pentatonis.
Memerlukan waktu seharian untuk menggali lebih dalam sejarah kolintang,sampai akhirnya saya putuskan menggunakan nada pentatonis untuk karakter musik kolintang,karena memang menurut sejarah kolintang bertangga nada pentatonis,bahkan era sebelumnya lagi hanya bernada tritonis.
Keesokan harinya saya memainkan musik kolintang dengan tangga nada pentatonis,tapi masih 'ngeyel' mencoba mengkombinasikan dengan tranposisi-modulasi beragam nada dasar,supaya lebih sepadan dengan kemampuan instrumen kolintang jaman now.

Pada saat memainkan kolintang dengan pentatonis bermodulasi,ternyata tidak disetujui pak Franki Raden (pimpinan INO ),katanya:"itu karakter suara marimba,bukan kolintang",akhirnya saya diminta untuk tetap memainkan dengan tangga nada pentatonis,tetapi dengan tambahan nada tertentu supaya tidak terlalu ketara pentatonisnya.

Alhasil karakter kolintang yang "diterima" terdengar seperti tangga nada Blues,supaya tidak terlalu blusukan ke dalam Blues saya memberi penekanan ke nada tritonis(nada-nada kolintang kuno),dan supaya ada kesan rintihannya saya mainkan bau-bau musik Maka'aruyen(Blues nya orang Minahasa).


Aroy.......

@kolintang Markus Sugi
Link:

No comments:

Post a Comment

Nusantara bermazmur