Oct 24, 2022

Tangga nada asli Minahasa

Kolintang termasuk instrument yang sudah bergabung sejak awal terbentuknya INO (Indonesian National Orchestra) pada bulan Mei 2010.
Sesuai arahan pak Franki Raden, untuk membentuk orkestra tradisi yang sulit ditiru oleh orkestra Barat maka setiap anggota menunjukkan keunikan alat musiknya menggunakan tangga nada asli daerah asal.
Pada giliran kolintang, saya memainkan lagu-lagu popular Minahasa seperti Sipatokaan,dan Oinanikeke. Tetapi teman-teman musisi tradisi menanggapi kalau lagu yang saya mainkan adalah nada-nada diatonis khas musik Barat dan mereka mengusulkan memainkan lagu-lagu pentatonis supaya hilang kesan Baratnya.
Kemudian saya memainkan lagu Gundul-gundul Pacul lalu seorang teman menimpali itu dari Jawa, saya ganti dengan lagu Es Lilin tetapi diprotes teman yang lain kalau itu lagu daerah Sunda.
Aduh kasihan………
Kolintang dilarang dimainkan selama +/-100 tahun pada masa kolonialisme dan muncul kembali menjadi kolintang modern dengan tangga nada diatonis khas musik Barat.
Hal ini membuat lagu-lagu kuno Minahasa kurang populer dalam lingkup Nasional.

Setelah kejadian itu, pak Petrus kaseke menjelaskan kalau kata kolintang berasal dari susunan 3 bunyi yaitu Tong = nada rendah , Tang = nada tengah dan Ting= nada tinggi dan dikembangkan secara simetris dengan pusat di tengah.
Jadi kolintang membicarakan konsep bunyi, bukan tentang bahan logam, bambu atau kayu.
Hal ini serupa dengan pendapat budayawan Jessy Wenas bahwa tangga nada kolintang asli adalah tritonis, dengan contoh alat kentongan bambu (Tentengkoren) 3 bunyi yang dinamai Loway (anak), Ina (ibu ) dan Ama (ayah).
Pendapat tersebut dikuatkan lagi oleh lagu kuno Nyanyian Karema dalam upacara adat Minahasa menggunakan 3 nada atonal yang menceritakan asal usul suku Minahasa.
Menurut mitos suku Minahasa adalah keturunan Toar (dewa Matahari) dan Lumimuut (dewi Bumi).
Kolintang sudah ada sejak terbentuknya suku Minahasa karena keturunan pertama Toar dan Lumimuut adalah Tingkulengdeng yang ahli mengartikan suara burung, ahli bangunan merangkap dewa kolintang kayu.
Suara burung Manguni dipercaya sebagai petanda baik apabila bersiul sebanyak 1,3 atau 9 kali. Rumah adat Minahasa bertumpu pada Tuur ( batang tengah), atap berbentuk segitiga, bangunan yang simetris dan anak tangga yang berjumlah ganjil. Dengan memadukan aturan-aturan di atas kita dapat menyusun tangga nada asli Minahasa karena konsep kolintang yang holistik, tidak terbatas sebagai alat musik.
Yang menakjubkan, aturan tritonis berlipat dapat menyerap dengan mudah tangga nada dari luar Minahasa bahkan tangga nada diatonis.
Menurut Ensiklopedia Britannica, musik Barat berasal dari daerah sekitar laut Mediterania termasuk Mesir yang mempunyai dewa tertinggi Ra ( Dewa Matahari) yang mempunyai nama mirip dengan Toar (Dewa Matahari Minahasa).

Perkembangan tangga nada Minahasa setelah tritonis, adalah hexatonis (3x2) seperti yang terdapat dalam sket buku Ethnographisce Miszelen Minahasa Celebes. Meyer A.B and O. Richter, Museum Dresden 1902 dimana susunan nadanya 5,7,1,3,4 dan 6. Susunan nada Kolintang Gong tersebut dapat memainkan tangga nada pentatonis.
Pak Petrus Kaseke pada awal produksinya membuat kolintang dengan susunan Nonatonis (3x3) yaitu susunan nada diatonis ditambah nada 1 kruis dan 1 mol atau 1,2,3,4,4#,5,6,6#,7, sebelum berkembang menjadi susunan Kromatis (3x4).
https://id.wikipedia.org/wiki/Petrus_Kaseke.

Kembali ke topik awal, susunan nada apa yang saya gunakan untuk berkolaborasi dalam INO? Pak Franki Raden jarang memberikan partitur musik, jadi hanya mengatakan terserah tapi yang enak.
Saya paling trauma kalau mendengar kata terserah (apalagi kalau keluar dari mulut maitua), apapun yang dikerjakan sulit diprediksi benar atau tidaknya bahkan jadi serba salah. Untungnya saya ingat konsep bunyi Manguni Makatelu (3x) Makasiow (9x) sebagai petanda baik, jadi saya menggunakannya sebagai dasar tangga nada.
Apabila dipadukan dengan potongan lagu kuno Minahasa yang kerap dinyanyikan saat menari maengket, acara Mapalus dan mengambil nuansa lagu-lagu Makaaruyen yang menggugah rasa maka nadanya mirip dengan pola improvisasi Blues.
Sepertinya langkah ini bisa diterima, karena kemudian di INO muncul lagu dengan judul Blues for You.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maimo Kumolintang
http://www.kolintang.co.id

No comments:

Post a Comment

Nusantara bermazmur