Kolintang termasuk instrument yang sudah bergabung sejak awal terbentuknya INO
(Indonesian National Orchestra) pada bulan Mei 2010.
Sesuai arahan pak Franki
Raden, untuk membentuk orkestra tradisi yang sulit ditiru oleh orkestra Barat
maka setiap anggota menunjukkan keunikan alat musiknya menggunakan tangga nada
asli daerah asal.
Pada giliran kolintang, saya memainkan lagu-lagu popular Minahasa
seperti Sipatokaan,dan Oinanikeke. Tetapi teman-teman musisi
tradisi menanggapi kalau lagu yang saya mainkan adalah nada-nada diatonis khas
musik Barat dan mereka mengusulkan memainkan lagu-lagu pentatonis supaya
hilang kesan Baratnya.
Kemudian saya memainkan lagu Gundul-gundul Pacul lalu
seorang teman menimpali itu dari Jawa, saya ganti dengan lagu Es Lilin tetapi
diprotes teman yang lain kalau itu lagu daerah Sunda.
Aduh kasihan………
Kolintang dilarang dimainkan selama +/-100 tahun pada masa kolonialisme dan
muncul kembali menjadi kolintang modern dengan tangga nada diatonis khas musik
Barat.
Hal ini membuat lagu-lagu kuno Minahasa kurang populer dalam lingkup
Nasional.
Setelah kejadian itu, pak Petrus kaseke menjelaskan kalau kata
kolintang berasal dari susunan 3 bunyi yaitu Tong = nada rendah , Tang = nada
tengah dan Ting= nada tinggi dan dikembangkan secara simetris dengan pusat di
tengah.
Jadi kolintang membicarakan konsep bunyi, bukan tentang bahan logam,
bambu atau kayu.
Hal ini serupa dengan pendapat budayawan Jessy Wenas bahwa
tangga nada kolintang asli adalah tritonis, dengan contoh alat kentongan bambu
(Tentengkoren) 3 bunyi yang dinamai Loway (anak), Ina (ibu ) dan Ama (ayah).
Pendapat tersebut dikuatkan lagi oleh lagu kuno Nyanyian Karema dalam upacara
adat Minahasa menggunakan 3 nada atonal yang menceritakan asal usul suku
Minahasa.
Menurut mitos suku Minahasa adalah keturunan Toar (dewa Matahari) dan
Lumimuut (dewi Bumi).
Kolintang sudah ada sejak terbentuknya suku Minahasa
karena keturunan pertama Toar dan Lumimuut adalah Tingkulengdeng yang ahli
mengartikan suara burung, ahli bangunan merangkap dewa kolintang kayu.
Suara burung Manguni dipercaya sebagai petanda baik apabila bersiul sebanyak 1,3 atau
9 kali. Rumah adat Minahasa bertumpu pada Tuur ( batang tengah), atap berbentuk
segitiga, bangunan yang simetris dan anak tangga yang berjumlah ganjil. Dengan
memadukan aturan-aturan di atas kita dapat menyusun tangga nada asli Minahasa
karena konsep kolintang yang holistik, tidak terbatas sebagai alat musik.
Yang menakjubkan, aturan tritonis berlipat dapat menyerap dengan mudah tangga nada
dari luar Minahasa bahkan tangga nada diatonis.
Menurut Ensiklopedia Britannica,
musik Barat berasal dari daerah sekitar laut Mediterania termasuk Mesir yang
mempunyai dewa tertinggi Ra ( Dewa Matahari) yang mempunyai nama mirip dengan
Toar (Dewa Matahari Minahasa).
Perkembangan tangga nada Minahasa setelah tritonis, adalah hexatonis (3x2) seperti yang terdapat dalam sket buku
Ethnographisce Miszelen Minahasa Celebes. Meyer A.B and O. Richter, Museum
Dresden 1902 dimana susunan nadanya 5,7,1,3,4 dan 6. Susunan nada Kolintang Gong
tersebut dapat memainkan tangga nada pentatonis.
Pak Petrus Kaseke pada awal produksinya membuat kolintang dengan susunan Nonatonis (3x3) yaitu susunan nada
diatonis ditambah nada 1 kruis dan 1 mol atau 1,2,3,4,4#,5,6,6#,7, sebelum
berkembang menjadi susunan Kromatis (3x4).
https://id.wikipedia.org/wiki/Petrus_Kaseke.
Kembali ke topik awal, susunan nada
apa yang saya gunakan untuk berkolaborasi dalam INO? Pak Franki Raden jarang
memberikan partitur musik, jadi hanya mengatakan terserah tapi yang enak.
Saya paling trauma kalau mendengar kata terserah (apalagi kalau keluar dari mulut
maitua), apapun yang dikerjakan sulit diprediksi benar atau tidaknya bahkan jadi
serba salah. Untungnya saya ingat konsep bunyi Manguni Makatelu (3x) Makasiow
(9x) sebagai petanda baik, jadi saya menggunakannya sebagai dasar tangga nada.
Apabila dipadukan dengan potongan lagu kuno Minahasa yang kerap dinyanyikan saat
menari maengket, acara Mapalus dan mengambil nuansa lagu-lagu Makaaruyen yang
menggugah rasa maka nadanya mirip dengan pola improvisasi Blues.
Sepertinya
langkah ini bisa diterima, karena kemudian di INO muncul lagu dengan judul Blues
for You.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maimo Kumolintang
http://www.kolintang.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Daeng Soetigna adalah tokoh angklung modern yang pada tahun 1938 berhasil membuat angklung diatonis yang digubahnya dari angklung tradisiona...
-
Link ini https://www.youtube.com/watch?v=FSDTQXK9jds adalah video pemain perkusi bernada memainkan lagu klasik yang temponya cepat, The...
-
Selama melayani pembeli kolintang,saya sering menghadapi pertanyaan pertanyaan tentang perbandingan kwalitas suara bilahan kayu Waru deng...
No comments:
Post a Comment