Nov 1, 2022

Apa kata dunia tentang Kolintang?

Kolintang adalah alat musik pukul yang susunan nadanya diatonis berasal dari Minahasa Sulawesi Utara. Dilihat dari susunan bilahnya terdiri dari:
Kolintang melody yang susunan bilahnya menyerupai susunan Piano atau Marimba.
Kolintang Pengiring dan Bas yang yang terdiri dari 25 bilah berjejer menyerupai Fret gitar senar tunggal dengan tangga nada kromatik.

Dalam hal instrument musik, kolintang hanyalah salah satu dari xylophone bernada diatonis dengan resonator palung yang banyak ditemukan di seluruh dunia. Setelah menyelesaikan konser INO diluar negeri terjadi beberapa kali transaksi antara penonton dengan musisi yang menjual alat musiknya, antara lain Sasando Nusa Tenggara Timur , Suling Sumatra barat , Kecapi Sunda karena keunikannya, namun hal ini belum pernah terjadi pada kolintang.

Pada tahun 1949 Carl Orff Komponis Jerman sudah membuat ansambel “10 instrumen kolintang” (Xylophone Palung) memainkan pertunjukan opera Antigonae. https://en.wikipedia.org/wiki/Antigonae#Instrumentation Tetapi setelah saat itu “Kolintang” (xylophone dengan resonator palung) masuk museum tidak digunakan lagi untuk konser–konser resmi, digantikan dengan xylophone dengan resonator tabung dan Marimba.

Xylophone dengan resonator palung telah turun tingkatannya menjadi alat pembelajaran musik setingkat Sekolah Dasar yang dikenal sebagai instrument Orff. Marimba dan Xylophone dengan resonator tabung dianggap mempunyai resonansi yang dapat dihitung dengan presisi menggunakan rumus matematika.

Mengenai bilah kolintang, para pengrajin kolintang saat ini baru mulai terbiasa dengan tuning digital menggunakan aplikasi Android sebagai ganti tuning dengan indra pendengaran. Pabrik Xylophone diluar negeri sudah melakukan double dan triple tuning. Jadi bilahan setelah dituning sekali , masuk ke tahap double tuning menyelaraskan suara sampingan (overtone) ,bahkan ke tahap triple tuning.
Melihat cara tuning pengrajin Kolintang yang masih primitif mereka akan menutup sebelah mata, dan mereka akan menutup mata sebelah matanya lagi jika mengtahui Kolintang dimainkan menggunakan teori musik Barat.

Para mahasiswa musik dari luar negeri umumnya akan datang ke Indonesia mempelajari sesuatu yang sulit didapat dari negeri asal mempelajari alat musik Sunda, Jawa atau Bali dengan tangga nada yang unik.

Apa strategi Kolintang untuk menarik perhatian dunia? Kita sudah menunjukkan kalau kolintang dapat menandingi dan mengcover lagu-lagu klasik Barat yang sulit dimainkan. Kita juga sudah melakukan langkah baik dengan menggemakan kolintang diseluruh penjuru nusantara dan dunia.
Menurut DR. Etnomusikologi Franki Raden kita harus menawarkan sesuatu yang tidak biasa mereka dengar di negara mereka, sesuatu yang unik yang membuat mereka berminat mempelajari Kolintang secara akademis. Nah…., bagaimana ?

Kita harus meluruskan anggapan yang salah tentang Minahasa dan budaya kolintang. Baru setelah tahap edukasi, dunia mengerti bahwa kolintang adalah budaya yang unggul.
Untuk membuka mata dunia, kami menyusun sebuah buku berjudul Maimo Kumolintang yang dapat menunjukkan keunikan kolintang.

Budaya Kolintang Minahasa sejauh yang kami ketahui sudah berusia ribuan tahun, bisa jadi lebih kuno dari budaya di pulau Jawa dan Bali. Dibawah ini testimoni dari professor Marimba tentang buku Maimo Kumolintang.
https://en.wikipedia.org/wiki/Fran%C3%A7ois_Du_Bois

No comments:

Post a Comment

Nusantara bermazmur