Musik adalah cabang seni yang berhubungan dengan nada dan irama. Nada adalah bagian dari sains karena berhubungan dengan jumlah getaran perdetik.
Jadi seni musik dan sains adalah satu kesatuan.
Namun, banyak orang memahami sains, tetapi tidak bisa bermain musik. Itu karena pengajaran musik menekankan penggunaan pendengaran, yang sulit dipahami dengan perhitungan dan logika.
Kolintang dapat menjadi solusi yang efektif mempelajari Sains dan Seni bersamaan.
Kolintang adalah budaya Indonesia yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara. Meskipun sudah beradaptasi dengan ajaran musik Barat, perkembangan instrument kolintang tetap berdasarkan hitungan tradisional Minahasa.
Menurut mitos, leluhur Minahasa adalah Karema, Toar dan Lumimuut yang merupakan personifikasi dari benda-benda langit.
Karema adalah Dewi Bintang yang menjodohkan Toar dan Lumimuut menjadi pasangan yang seimbang.Toar adalah Dewa Matahari yang menjadi pusat tata surya dan Lumimuut adalah Dewi Bumi yang berotasi mengelilingi matahari.
Toar mewakili bilangan ganjil yang mempunyai pusat ‘satu’ di tengah dan seimbang di kiri dan kanannya.
1 = 0+1+0 ; 3 = 1+1+1 ; 5 = 2+1+2; 7 = 3+1+3 ; 9 = 4+1+4
Lumimuut sebagai pasangan dari Toar mempunyai sifat berkembang dan menyebar seperti arah mata angin, mewakili bilangan genap angka empat dan delapan.
Karema sebagai perantara Toar dan Lumimuut, mempunyai sifat tarik-menarik, sebab-akibat (Karma), bolak-balik, mewakili bilangan genap angka dua. Sedangkan angka enam, meskipun bilangan genap tetapi dapat dipandang sebagai 3x2 dengan simbol Hexagram.
Desain ulang tangga nada diatonis mengikuti budaya Minahasa.
Dalam budaya Minahasa seperti pada karakter Karema terdapat keseimbangan dinamis dua hal yg berlawanan sepanjang waktu.
Dua hal yg berlawanan antara lain: Arah Kiri-kanan, atas-bawah, Pikiran(otak)-perasaan(hati), terpusat-menyebar,feminin-maskulin,flora-fauna,jasmani-rohani.
Budaya Minahasa dalam ungkapan bilangan,pertumbuhan lipat tiga (Kiri-Tengah-Kanan) akan terjadi kalau selalu menyertakan pangkal (satu) yang di tengah.
Mengukur nada dengan konsep keseimbangan gerak dipandu telapak tangan.
Kata "diatonis" berasal dari kata Yunani diatonos, yang artinya "merentang hingga ke ujung", seperti telapak tangan yang diregangkan seukuran satu jengkal.
Pada jaman itu muncul istilah Guidonian Hand (Guide = memandu), yang menggunakan telapak tangan untuk mengukur dan menandai nada musik.
Untuk menggambarkan hubungan seni dan sains:
•Melody adalah langkah jiwa (psi Ψ) ke kiri dan kanan yang dapat dihitung jumlahnya.
Melody lagu mempunyai rumah (nada dasar= Do) yang posisinya di telapak tengah, ditandai dengan jempol kanan.
•Akor adalah getaran kalbu.
Akor adalah gabungan nada yang mempunyai interval yang dapat dihitung dengan jari.
Akor dua nada= gabungan jempol kanan dan kelingking kanan, ber- interval tiga jari.
Akor tiga nada mayor = Akor dua nada + nada di kelingking kiri, sela empat jari dari jempol kanan (satu jengkal).
Akor tiga nada minor = Akor dua nada + nada di jari tengah kiri, sela dua jari dari jempol kanan(setengah jengkal).
LAGU = RUTE PERJALANAN
Memainkan lagu seperti kita melakukan perjalanan dari rumah ke tempat tujuan dan/atau kembali ke rumah.
Memainkan akor seperti bandul yang mengayun dari tengah ke kanan dan ke kiri yang cenderung balik ke tengah atau seperti sirkulasi Matahari terbit-terbenam melewati tengah hari.
Arah gerakannya dapat dipandu oleh Simbol arah akor.
Simbol Arah mudah dikomunikasikan, bahkan hewan juga dapat mengerti arah.
Tunarungu menjadi dapat bermain musik melihat isyarat arah akor yang akan dipukul.
Akor yang menggunakan dapat dikendalikan gerakannya (dinavigasikan).
Manfaat menyatukan sains dengan seni:
1)Kita dapat mengoperasikan nada-nada secara matematika.
Misalnya: akor harmonis mayor adalah deret interval (4,3,2,4,3,2).
Akor harmonis minor adalah deret interval (2,3,4,2,3,4).
Akor empat nada adalah gabungan akor harmonis mayor+minor
2) Menjadi setara dengan bidang arsitektur yang juga menyatukan sains dan seni.
Satu nada mewakili titik, dua nada dapat membentuk garis,tiga nada membentuk bidang dan empat nada membentuk ruang.
Kita dapat memandang perpindahan antar akor seperti pewarnaan di bidang gambar.
Perpindahan antar warna primer dapat bergradasi melalui warna sekunder ,tersier atau warna-warna yang komposisinya diantara dua warna primer tersebut.
3) Musik menjadi dapat diajarkan tanpa instrument, cukup dengan tepukan telapak tangan dan hitungan jari.
Titik nada di telapak tangan dapat dipindahkan ke seluruh tubuh.
Akan menyenangkan dapat bermain musik dengan tubuh kita sendiri.
Kita dapat mendengarkan nada-nadanya lewat imajinasi atau suara hati kita.
Kesimpulannya:
Hal ini adalah inovasi yang luar biasa dan merupakan Revolusi dibidang musik.
Caranya belajarnya mudah, semudah belajar berjalan bergerak maju, belok kanan dan kiri tanpa bantuan alat lain.
Ajaibnya, kita bisa langsung memainkan musik saat kita menjumpai alat musik.
Orang yang tidak menguasai musik dari sisi seni jumlahnya sangat banyak.
Kalau kita dapat memberikan pemahaman lewat ilmu pengetahuan, maka memberikan semua orang kesempatan yang sama untuk memahami musik.
Dampaknya, dapat memberantas buta musik (music illiteracy) dan mencerdaskan karena aktifitas otak kiri dan otak kanannya menjadi seimbang.
Diambil dari buku Maimo Kumolintang.
Maimo Kumolintang adalah ajakan untuk bergerak seimbang mengikuti norma yang lurus.
Maimo Kumolintang tidak hanya untuk keselarasan suara, tetapi juga keseimbangan sikap (tasawuth-tawazun).
Yang membuat kita menjadi lebih, cerdas dan bijaksana, sehat jasmani dan rohani.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Daeng Soetigna adalah tokoh angklung modern yang pada tahun 1938 berhasil membuat angklung diatonis yang digubahnya dari angklung tradisiona...
-
Link ini https://www.youtube.com/watch?v=FSDTQXK9jds adalah video pemain perkusi bernada memainkan lagu klasik yang temponya cepat, The...
-
Selama melayani pembeli kolintang,saya sering menghadapi pertanyaan pertanyaan tentang perbandingan kwalitas suara bilahan kayu Waru deng...
No comments:
Post a Comment