Nov 3, 2022

Watu Pinawetengan

Peninggalan sejarah yang berhubungan dengan asal usul suku Minahasa, selain nyanyian Karema pada upacara Rumages adalah Watu pinawetengan.
Watu Pinawetengan (yang berarti Batu Tempat Pembagian) yang berada di Desa Pinabetengan Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Di tempat inilah bertemu sub etnis Minahasa yang meliputi suku Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tolour/Tondano, Tonsawang/Tombatu, Pasan/Ratahan, Ponosakan, Bantik dan Siau.
Selain membagi wilayah, para tetua suku-suku tersebut juga menjadikan tempat ini untuk berunding mengenai semua masalah yang dihadapi.

Goresan-goresan di batu tersebut membentuk berbagai motif ada yang berbentuk gambar manusia, laki-laki dan perempuan, motif daun dan kumpulan goresan tumpang tindih.
Pada saat batu Pinawetengan tersebut ditemukan tahun 1888, ethnografi masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan jaman sekarang.
Tulisan-tulisan yang mencoba mengartikan Watu Pinawetengan antara lain dari J.G.F. Riedel yang menulis “ De Watu Rerumeran ne Empung " tahun 1896 dan J.Alb.T.Schwarz tahun 1905 dengan buku " Ethnographica uit de Minahassa ".

Yang paling mantap adalah penjelasan singkat dari Tonaas (pemimpin adat) JOEL LUMENTA dari Kanonang saat batu tersebut ditemukan.
Penjelasan Tonaas JOEL LUMENTA yang tentu dari cerita orang tua secara turun temurun mengartikan gambar segi tiga adalah atap rumah pemimpin tertinggi Minahasa dan arti tiga garis sejajar adalah simbol pintu masuk negeri .

Gambar atap rumah pemimpin tertinggi Minahasa yang berupa segitiga besar mengelilingi segitiga kecil yang dipusatnya terdapat titik merupakan simbol dari angka spesial Minahasa deretan bilangan 1,3 dan 9.
Deretan angka kelipatan tiga dengan yang favoritnya deret dengan pola segitiga Sierspinski merupakan ciri khas budaya Minahasa.

Deretan angka kelipatan tiga yang merupakan benang merah budaya Minahasa ada di:
• Siulan burung Manguni 1,3,9 sebagai petanda baik.
• Simbol ikat kepala Minahasa yang berupa gunung dan tiga gunung.
• Keturunan suku Minahasa dalam kelompok 2x9 , 3x7 dan 9x3.
• Jumlah sub etnisMinahasa yang dari 3 suku berkembang menuju 9 suku.
• Atap rumah segitiga, bintang Kateluan sebagai penanda di langit dan sampai ke jimat-jimatnya yang 9 simpul.

Bagaimana dengan Kolintang?
Maimo Kumolintang adalah ajakan untuk kembali ber tongtingtang mengikuti keseimbangan gerak Minahasa:
• Mengikuti konsep 1,3,9 yang mengikuti 1 sebagai nada dasar Root ( Tuur) di tengah.
• Menggunakan tangga nada yang dikembangkan dari tangga nada tritonis.

Keseimbangan gerak Minahasa mempunyai sifat holistik tidak terbatas untuk bermain musik, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman menjalani hidup.

Maimo Kumolintang https://blog.kolintang.co.id

No comments:

Post a Comment

Nusantara bermazmur